Sabtu, 19 Mei 2012

Tidak semua China kaya





















Dalam dua tahun terakhir, daftar orang terkaya sejagat versi majalah Forbes dari Amerika Serikat, selalu terselip nama asal Indonesia. Mereka masuk urutan 200-an.

Orang Indonesia terkaya tahun lalu dipegang oleh dua bersaudara keturunan Tionghoa, Robert Budi Hartono (71 tahun) dan Michael Bambang Hartono (72 tahun). Total kekayaan mereka sekitar Rp 45 triliun. Harta sebanyak itu menempatkan keduanya pada posisi ke-208 orang terkaya dunia. Fulus mereka naik tahun ini. Robert di urutan 146 dengan kekayaan Rp 58,5 triliun dan kakaknya, Michael berharta 56,7 triliun, di peringkat 157.

Sejak tahun lalu, sepuluh orang terkaya di Indonesia tidak banyak berubah. Urutannya dari atas adalah Robert Budi Hartono, disusul Michael Bambang Hartono, Low Tuck Kwong (urutan 304 dunia), Martua Sitorus (377), Sukanto Tanoto (418), Peter Sondakh (464), Achmad Hamami (578), Sri Prakash Lohia (634), Chairul Tanjung (764), dan Kiki Barki (764).

Warga keturunan China menguasasi daftar orang paling tajir di tanah air itu. Robert Budi Hartono  dan Michael Bambang Hartono adalah anak dari Oei Wie Gwan, pendiri pabrik rokok Djarum. Low Tuck Kwong, kelahiran Singapura yang menjadi warga Indonesia pada 1972, berbisnis di bidang tambang batu bara. Martua Sitorus, campuran Batak dasn Tionghoa, merupakan pemilik Grup Wilmar bergerak pada bidang minyak kelapa sawit.

Tidak ada yang salah kalau etnis China bisa menguasasi perekonomian di Indonesia. Menurut Oew Yap Seng, keturunan China di Rawa Kompeni, Kalideres, Jakarta Barat, kaumnya bisa maju karena tekun berusaha. “Tidak tahu kenapa keturunan China, kalau kerja misalnya, lebih cepat diterima, mungkin dipercaya karena ketekunannya,” ujarnya kepada merdeka.com saat ditemui pada Senin siang lalu.

Namun, tidak semua keturunan China kaya. Seperti gambaran di sejumlah komunitas itu di pinggiran Jakarta. Menurut Keng Li, pendeta Budha di Wihara Dharma Pala, temnpat tinggalnya di Rawa Kompeni juga termasuk golongan China melarat. Dia menyesalkan media yang jarang mempublikasikan nasib etnis Tionghoa yang terpinggirkan pula dalam sektor ekonomi.

Karena itu, melalui lembaga keagamaan yang ditekuni Keng Li, dia mengaku menggalang dana saban Imlek buat membantu warga China miskin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar